BAB 9
Untuk Guru
Multikulturalisme yang unik di Australia
Negara-negara berkembang, seperti kebanyakan negara di Asia Selatan dan Timur, mempunyai masyarakat yang dapat dibagi-bagi menjadi tiga kelompok: masyarakat perkotaan, pedesaan dan suku-suku. Umumnya ada perbedaan budaya yang jelas yang berkaitan dengan masing-masing pembagian ini.
Daerah perkotaan merupakan daerah yang paling maju dan modern serta mengalami dampak yang lebih besar dari proses globalisasi. Daerah pedesaan cenderung mempertahankan budaya tradisional meskipun modernisasi dan globalisasi tentunya berdampak juga. Daerah yang ditempati suku-suku cenderung mempertahankan gaya hidup mereka yang berbeda, yakni yang dijalani oleh sejumlah kecil penduduk yang menjalani kehidupan kesukuan, dan dampak modernisasi dan globalisasi terbatas di sini.
Di Australia ada kontras yang menarik dengan situasi-situasi tersebut di atas. Di sana, perbedaan antara ketiga daerah tersebut hanya sedikit. Ada beberapa daerah kesukuan tempat orang Aborijin Australia melakukan praktik tradisionalnya. Meskipun daerah-daerah ini mungkin luas jangkauannya, daerah tersebut hanya ditempati penduduk yang jumlahnya relatif kecil. Daerah perkotaan dan perdesaan mengandung percampuran budaya yang hampir sama, dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan media. Dalam pola "Dunia Lama" di Eropa maupun di Asia, dalam beberapa waktu tertentu negara-negara tersebut terbagi-bagi menjadi daerah-daerah tempat tinggalnya suatu kelompok bahasa tertentu. Jadi, di kebanyakan negara Asia dan Eropa ada daerah yang mempunyai bahasa dan budaya yang jelas berbeda. Jadi, negara-negara seperti ini bersifat multikultural. Contoh-contohnya mencakup Swiss, Italia, India, Myanmar, dan Indonesia.
Australia juga bersifat multikultural tetapi dengan arti yang berbeda. Di Australia saat ini ada petutur-petutur dari hampir segala bahasa utama di dunia dan ada lebih dari 100 bahasa masyarakat yang digunakan. Lebih dari seperempat penduduk Melbourne dan Sydney menggunakan bahasa selain Inggris di rumah, dan masing-masing dari beberapa bahasa masyarakat mempunyai 100.000 petutur (pemakai). Lebih dari 1,7 juta orang Australia menggunakan bahasa-bahasa selain Inggris di rumah. Beberapa dari bahasa-bahasa yang digunakan di rumah adalah bahasa Italia, Yunani, Arab, Serbia, Kroasia, Jerman dan Cina.
Meskipun ada keragaman ini, di Australia tidak ada kawasan kebahasaan yang jelas batasnya kecuali bahasa-bahasa suku Aborijin yang terbatas keberadaannya. Masih ada 150 bahasa Aborijin yang digunakan di Australia oleh kira-kira 101.000 orang Aborijin.
Australia sangat kontras dengan negara-negara Asia dan Eropa. Di Asia dan Eropa seringkali ada daerah-daerah yang jelas batasnya sebagai tempat tinggal orang-orang yang menggunakan bahasa tertentu. Di Australia tidak ada daerah seperti itu.
Di Australia pemakai bahasa selain Inggris cenderung untuk tinggal di pusat-pusat kota metropolitan. Di kota, orang-orang yang menggunakan bahasa-bahasa yang berbeda itu seringkali tinggal berdekatan satu sama lain. Hal ini seringkali terjadi manakala orang yang bersangkutan merupakan bagian dari suatu kelompok bahasa yang baru bermigrasi ke Australia. Dalam keadaan ini, orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama mungkin memilih untuk tinggal berdekatan satu sama lain dalam rangka saling mendukung. Menurut pengamatan, generasi-generasi berikutnya seringkali menyebar ke daerah-daerah yang berlainan dalam suatu kota.
Dalam dasawarsa terakhir ini, terjadi peningkatan yang penting dalam bahasa etnis (suku) di radio, koran dan televisi. Hal ini memungkinkan orang-orang dari kelompok bahasa tertentu untuk tetap berhubungan dengan pemakai bahasa non-Inggris lainnya, di mana pun mereka tinggal.
Perbedaan lain antara Australia dan kebanyakan negara Asia dan Eropa adalah dalam cara penyebaran penduduk. Di negara-negara Asia dan Eropa penduduknya umumnya lebih merata penyebarannya. Penduduk yang tinggal di kota-kota hanya sedikit dibandingkan dengan total jumlah penduduk negara itu. Sebaliknya, di Australia, mayoritas penduduk tinggal di ibukota-ibukota yang utama, dan hanya sejumlah kecil yang hidup di daerah pedesaan. Akibatnya, tidak ada peluang bagi timbulnya perbedaan budaya regional di antara orang-orang non-Aborijin Australia.
Pemerintah Australia berupaya mempertahankan keanekaragaman budaya di negara itu melalui kebijakan multikulturalisme. Secara bersamaan, melalui keanekaragaman ini pemerintah berupaya membina kesatuan melalui bahasa Inggris dan kesamaan dalam sistem politik, hukum, dan pendidikan. Anak-anak yang dibesarkan di Australia mempunyai banyak kesamaan dalam budayanya.
Halaman Berikutnya: BAB 10: Perdagangan dan Kepariwisataan
Halaman Sebelumnya: BAB 9: Latihan untuk Siswa